Saturday, October 5, 2013
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk unik dan penuh misteri, yang tidak pernah habis menjadi objek kajian dan penelitian. Berbagai disiplin ilmu pengetahuan telah mendefinisikan manusia sesuai dengan sudut pandang keilmuan masing-masing. Ada yang mendefinisikan sebagai homo sapiens (makhluk yang memiliki akal budi), homo luquen (makhluk yang mampu menciptakan bahasa), homo faber (makhluk hidup yang bisa membuat alat perkakas), zoon politikon (makhluk sosial/ bermasyarakat), homo luden (makhluk yang suka main), homo deleqaus (makhluk yang bisa menyerahkan kerja dan kekuasaannya pada orang lain), dan ada pula yang mengatakan animal rationale atau hayawan nathiq (binatang yang berfikir), serta julukan-julukan lainnya.
Hal ihwal manusia ini ternyata juga banyak dibahas dalam Al-Qur’an. Ada beberapa istilah yang muncul dalam Al-Qur’an, yaitu basyar (35 kali dalam bentuk mufrod dan sekali dalam bentuk mustasna), al-ins (18 kali), al-insan (65 kali), an-naas (240 kali), bani adam ( 7 kali), dan dzuriyah adam (1 kali). Ini menujukkakan bahwa manusia memang makhluk yang penuh misteri. Beberapa penamaan manusia diatas tentunya memiliki makna yang berbeda, hal ini bisa dilihat dari diletakkannya nama-nama itu dalam konteks ayat yang berbeda. Penggunaan nama pada konteks ayat yang berbeda itu berarti pula bahwa manusia memiliki kecenderungan tertentu, kecenderungan taat maupun kecenderungan sesat.
Namun dalam makalah singkat ini pemakalah tidak hendak mengupas perbedaan makna tersebut, akan tetapi makalah ini akan membahas tentang tujuan serta orientasi hidup manusia. Secara umum, makalah ini akan menjawab pertanyaan tentang; darimana datangnya manusia, untuk apa manusia diciptakan, dan kemana manusia akan menuju?

B.            Rumusan Masalah
-          Darimana datangnya manusia ?
-          Untuk apa manusia diciptakan ?
-          Kemana manusia akan menuju ?

C.           Tujuan Penulisan
-          Mengetahui darimana manusia datang.
-          Mengetahui untuk apa manusia diciptakan.
-          Mengetahui arah tujuan hidup manusia.




PEMBAHASAN

A.           Tipologi manusia

Secara umum, banyak cabang ilmu yang membahas tentang manusia, ada yang memandang manusia dari segi fisik (Antropologi Fisik), ada yang memandang manusia dari segi budaya (Antropologi Budaya), ada yang memandang manusia dari segi “ada” nya atau dari segi “hakikat” nya (Antropologi Filsafat), dan ada pula yang memahami hakikat manusia dari sudut pandang agama yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits. Inilah yang menyebabkan orang-orang tak henti-hentinya berusaha mencari jawaban yang memuaskan tentang pertanyaan mendasar manusia, yaitu Apa, dari mana, dan kemana manusia itu?
Mengkaji tentang manusia, kita akan menemukan ‘tipologi manusia’ yang secara umum dapat diklasifikasikan menjadi 4 hal:
1.             Manusia dalam pandangan antropologi fisik dan budaya
Para ahli memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini;
a)             Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi,
b)            Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir,
c)             Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelmakan pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun,
d)            Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Dia pandai membuat perkakas atau disebut juga Toolmaking Animal yaitu binatang yang pandai membuat alat,
e)             Manusia adalah Zoon Politicon, yaitu makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain dan mengorganisasi diri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,
f)              Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis.

2.             Manusia dilihat dari segi antropologi filsafat (Sudut pandang jasmani dan rohani)
Setidaknya ada 4 aliran jika kita mengkaji manusia dari sudut pandang filsafat (aspek jasmani dan rohani), yaitu :
a)             Aliran serba zat; aliran ini mengatakan bahwa yang sungguh-sungguh ada itu hanyalah zat atau materi. Zat atau materi itulah hakikat dari segala sesuatu. Alam ini adalah zat, dan manusia adalah unsur dari alam. Oleh karenanya, hakikat dari manusia itu adalah zat atau materi, maka keperluan-keperluannya juga bersifat materi, ia mendapatkan kebahagiaan, kesenangan, dan sebagainya juga dari materi. Maka terbentuklah suatu sikap pandangan yang materialistis.[1]

b)            Aliran serba ruh; aliran ini berpendapat bahwa hakikat sesuatu yang ada di dunia ini adalah “ruh”, termasuk juga manusia. Adapun zat merupakan manifestasi dari ruh di atas dunia ini. Materi hanyalah penjelmaan ruh.[2] Pendapat ini sejalan dengan pendapatnya Al Ghazali yang menyatakan bahwa manusia mempunyai identitas esensial yang tetap, tidak berubah-ubah, yaitu al-nafs (substansi yang berdiri sendiri dan tidak bertempat). Al-nafs merupakan tempat pengetahuan-pengetahuan intelektual (al-ma’qulat) berasal dari alam al-malakut.[3] Ini menunjukkan bahwa esensi manusia bukan pada fisiknya, sebab fisik adalah sesuatu yang mempunyai tempat. Sehingga dasar pikiran dari aliran ini adalah bahwa ruh itu lebih berharga dan lebih tinggi nilainya dibandingkan materi.



[1] Dra. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara : Jakarta, 1995, hal. 71
[2] Ibid, Hal. 72
[3] Dr. Muhammad Yasir Nasution, Manusia Menurut Al-Ghozali, Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1999, Hal. 73

Untuk Mendownload versi lengkapnya, silahkan >>KLIK DISINI<<
Password to Unlock : fozent.blogspot.com
Semoga bermanfaat

0 komentar:

Post a Comment

Terima kasih atas komentar anda.

100 Artikel Terbaru


Buku Tamu

Facebook Page

Total Page Views

Popular Post